Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hari Gizi Nasional
Hari Gizi Nasional 2023

Sejarah Singkat dan Tema Peringatan Hari Gizi Nasional 2023



MakassarHari Gizi Nasional (HGN) selalu diperingati pada tanggal 25 Januari setiap tahunnya. Tahun ini, peringatan Hari Gizi Nasional dirayakan pada Rabu (25/1/2023).

Tema yang diangkat untuk memperingati HGN ke 63 Tahun 2023 adalah “Protein Hewani Cegah Stunting” dengan Slogan “Protein Hewani Setiap Makan” dan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani”.

HGN ini merupakan momentum penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan, sehingga dapat turut mendorong pencapaian RPJMN bidang kesehatan.

Sejarah Hari Gizi Nasional

Melansir laman kemkes.go.id, upaya perbaikan gizi masyarakat telah dimulai sejak tahun 1950, yaitu saat Menteri Kesehatan Dokter J Leimena Bapak Gizi Indonesia mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR).

Kemudian, Prof. Poorwo Soedarmo dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.

Diketahui, Prof. Poorwo Soedarmo waktu itu lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman.

Hari Gizi Nasional (HGN) diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada tanggal 25 Januari 1951.

Sejak saat itu pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia.

Setelah itu, disepakati bahwa tanggal 25 Januari di peringati sebagai Hari Gizi Nasional Indonesia.

Hari Gizi Nasional pertama kali diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan tahun 1960-an, kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an hingga sekarang.

Perlu diketahui pada 2015-2019, Indonesia mengalami perbaikan dalam hal prevalensi masalah gizi khususnya prevalensi gizi kurang dan stunting.

Sebagai informasi tambahan, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengumumkan angka prevalensi stunting anak di Indonesia turun ke 21,6 persen di tahun 2022.

Persentase ini turun sebanyak kurang lebih 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen (SSGI 2021) namun masih butuh upaya untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen.

Tren data SSGI 2019-2021, menunjukkan stunting terjadi sejak sebelum lahir, dan meningkat paling banyak pada rentang usia 6 bulan 13,8% ke 12 bulan 27,2% (SSGI 2019).

Stunting terdefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru tampak setelah bayi berusia dua tahun.

Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study)2006.

Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-score-nya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted).

Ancaman genting bagi balita atau baduta (bayi di bawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas.

Dari penjelasan tersebut kita dapat melihat pentingnya terpenuhi gizi ibu sejak hamil, menyusui dan gizi pada MP-ASI balita.