Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

jenderal ahmad yani
Jenderal Ahmad Yani menyempatkan menjawab sejumlah pertanyaan wawancara sebelum berakhir. (Foto: istimewa)

Kisah Wawancara Terakhir Jenderal Ahmad Yani Sebelum G-30-S



Berita Baru, Jakarta – Peristiwa Gerakan 30 September 1965 sangat berdampak luas dinamika politik dan sosial Indonesia.

Peristiwa G30S/PKI, Kolonel A Latief saat itu Komandan Brigade Infanteri atau Brigif I Kodam V Jakarta Raya (Kodam V Jaya) ikut terlibat karena rumahnya digunakan menjadi tempat persiapan operasi.

Sedangkan Letkol Untung Sjamsuri menggerakkan pasukan untuk menculik sejumlah perwira TNI.

Para perwira yang diculik itu adalah Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo.

Jenderal Ahmad Yani gugur akibat ditembak oleh para penculik di kediamannya.

Sedangkan Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean yang menjadi ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution ikut diculik. Sedangkan Nasution berhasil menyelamatkan diri.

Mereka yang diculik itu dituduh membentuk kelompok Dewan Jenderal dan hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno.

Para korban kemudian dibawa ke daerah Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, kemudian dieksekusi. Jasad mereka dibuang ke dalam sebuah sumur.

Mereka kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

Wawancara Terakhir

Sebelum menjadi korban G-30-S, Ahmad Yani ternyata sempat meladeni awak media pada pagi harinya.

Pada saat itu Jenderal Ahmad Yani dan sejumlah perwira tinggi TNI Angkatan Darat menghadiri upacara penyerahan tanda penghargaan Sam Karya Nugraha di kapal Tampomas.

Yani saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Pangkatnya ketika itu letnan jenderal. Dalam upacara itu Yani bertindak sebagai inspektur upacara.

Tidak ada yang pernah menyangka kalau Yani dan sejumlah perwira tinggi TNI AD yang hadir pada kegiatan itu akan menjadi korban peristiwa berdarah tersebut.

Akan tetapi, tidak lama kemudian Yani menyambangi para jurnalis yang diberi tugas meliput upacara itu.

Ahmad Yani kemudian mempersilakan para wartawan mengajukan pertanyaan kepadanya.

“Jullie boleh tanya apa saja. Akan tetapi jangan tanya soal Angkatan Kelima,” kata Yani

Para jurnalis kemudian mengajukan berbagai pertanyaan kepada Yani.

Jenderal lulusan Korps Pembela Tanah Air (PETA) itu kemudian menceritakan pengalamannya saat terlibat dalam operasi menumpas Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara.

Bahkan Yani sempat menyapa jurnalis kantor berita Antara yang sempat meliput operasi itu.

“Jij dulu pernah ikut operasi sama saya di Manado bukan,” ujar Yani.

Itulah kenangan terakhir para jurnalis dalam mewawancarai Yani sebelum peristiwa berdarah tersebut.