Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

workshop

Workshop Tari Kreasi Berbasis Budaya Lokal: Dorong Regenerasi Pelestari Budaya di Kota Parepare



Berita Baru, Parepare – Sebanyak 30 peserta yang terdiri dari guru seni budaya, pelaku seni, mahasiswa, dan generasi muda dari berbagai latar belakang mengikuti Workshop Penciptaan Tari Kreasi Berbasis Budaya Lokal.

Workshop itu sebuah kegiatan yang dirancang untuk merespons kebutuhan regenerasi pelestari budaya melalui pendekatan edukatif dan kreatif.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX,” kata Ariyanti Sultan selaku pengusul dan Ketua Panitia Pelaksana.

Selain dukungan pendanaan dari BPK Wilayah XIX, kegiatan ini juga merupakan hasil kolaborasi antara Studio Ranarira sebagai tim panitia dan Setangkai Bunga Makka yang memberikan ruang kreatif yang autentik dan memiliki nilai historis.

“Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari di Setangkai Bunga Makka, Kota Parepare, mulai tanggal 29-31 Juli 2025. dalam proses kegiatan dihadiri oleh Wali Kota Parepare yang diwakili Ketua Harian Dekranasda, didampingi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Parepare,” ungkap perempuan yang akrab disapa Rhara yang juga alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Monitoring langsung, lanjut Rhara, tim verifikator dari BPK Muhammad Akhsan Syamsuddin dengan metode berbasis tahapan penciptaan Alma Hawkins: eksplorasi, improvisasi, dan komposisi.

“Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing didampingi oleh instruktur tari, serta mendapatkan materi dari narasumber yang ahli di bidang tari tradisi, nilai budaya lokal, dan koreografer,” terangnya.

Untuk diketahui workshop ini menjadi awal dari program berkelanjutan yang bertujuan menciptakan karya tari khas Parepare yang dapat digunakan sebagai identitas budaya lokal dan bahan ajar seni budaya di sekolah.

“Ini bukan sekadar pelatihan tari, tapi sebuah langkah strategis untuk mendata, membina, dan menghidupkan kembali potensi kreatif masyarakat, melalui karya tari yang berakar pada budaya lokal dari aspek teks dan konteks tarinya,” ucapnya.

“Pelestarian kebudayaan bukanlah tanggung jawab tunggal dari Balai Pelestarian Kebudayaan, perseorangan, ataupun kelompok tertentu. Pelestarian seharusnya menjadi bagian dari kesadaran kolektif yang tumbuh dalam jiwa kita masing-masing, karena budaya adalah identitas yang melekat pada diri dan lingkungan kita,” lanjut Ariyanti Sultan yang merupakan Instruktur Tari Nasional yang biasa mengelola pertunjukan tari kolosal.

Nilai-nilai budaya lokal menyimpan pesan moral dan kebijaksanaan yang membentuk karakter serta jati diri masyarakat.

Oleh sebab itu, kegiatan seperti workshop ini menjadi penting untuk terus dijalankan secara kolaboratif bersama pemerintah daerah, dinas-dinas terkait, komunitas seni, dan masyarakat luas.

“Karya hasil workshop akan dipresentasikan dalam bentuk pertunjukan terbuka yang juga menjadi ajang evaluasi dan refleksi bersama,” ujarnya.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi pondasi awal yang kokoh bagi penguatan ekosistem seni-budaya lokal yang berkelanjutan, sekaligus mendorong lahirnya generasi pelestari budaya yang kreatif, reflektif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman,” tutup Founder Studio Ranarira tersebut.