
Muslimin Bando Tekankan Pentingnya Pendidikan dan Inovasi untuk Wujudkan Ketahanan Pangan
Berita Baru, Enrekang – Anggota DPR RI Komisi X, Muslimin Bando menggelar sosialisasi bertema ketahanan pangan berbasis pendidikan dan inovasi daerah di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat, pendidik, serta pelaku UMKM ini, ia menekankan pentingnya membangun ketahanan pangan secara terintegrasi melalui kekuatan lokal dan pendekatan edukatif.
Menurut MB sapaan akrabnya ketahanan pangan tidak bisa hanya dilihat sebagai urusan produksi pertanian semata, melainkan harus menjadi bagian dari cara berpikir dan gaya hidup masyarakat, yang dimulai dari dunia pendidikan.
“Ketahanan pangan adalah persoalan kedaulatan, sekaligus budaya. Karena itu, pendidikan punya peran strategis dalam membentuk cara pandang generasi muda terhadap pangan, pertanian, dan keberlanjutan,” ujarnya.
Sebagai wakil rakyat yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan riset, MB menyoroti kurangnya integrasi antara sektor pendidikan dan isu-isu pangan lokal. Ia menegaskan perlunya inovasi dalam kurikulum maupun aktivitas pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai ketahanan pangan sejak dini.
Pendidikan yang Menumbuhkan Cinta Tani
Beberapa contoh konkret yang ditawarkan MB dalam sosialisasi tersebut antara lain:
• Sekolah-sekolah bisa membangun kebun edukatif di pekarangan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar.
• Guru dan orang tua bisa bekerja sama mengajak anak-anak menanam dan memelihara tanaman sayur sebagai bagian dari pembelajaran karakter.
• Program muatan lokal pertanian dan pangan dapat difokuskan pada kearifan lokal serta potensi sumber daya daerah.
Ia juga mengapresiasi sejumlah inisiatif yang telah berjalan di Enrekang, seperti pengembangan kebun sekolah, pelatihan hidroponik untuk siswa SMK, dan lomba inovasi makanan sehat berbasis pangan lokal.
Inovasi Daerah Kunci Kemandirian
MB juga menyoroti beberapa inovasi daerah yang menurutnya patut didorong dan direplikasi. Di antaranya:
• Pengembangan varietas hortikultura unggulan Enrekang seperti tomat dan cabai dataran tinggi.
• Penggunaan teknologi irigasi tetes untuk efisiensi air di lahan kering.
• Lahirnya UMKM pangan berbasis hasil pertanian lokal seperti keripik daun kelor, sambal kemasan, dan abon sayur.
• Bank benih komunitas yang menyediakan bibit gratis dan pelatihan pertanian untuk keluarga muda.
“Inovasi semacam ini tidak hanya bernilai ekonomi, tapi juga menjadi simbol kemandirian daerah. Pendidikan bisa menjadi penggeraknya,” jelas MB.
Manfaatkan Pekarangan, Didik Anak Cinta Berkebun
Sebagai langkah nyata, MB mengajak masyarakat untuk mulai dari hal yang paling dekat: memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan tidur. Ia menyarankan agar setiap keluarga mengubah pekarangannya menjadi kebun pangan mandiri.
“Tanam cabai, tomat, kangkung, atau daun kelor di halaman rumah. Libatkan anak-anak. Ini bukan sekadar soal makan, tapi soal membentuk karakter: disiplin, peduli lingkungan, dan menghargai proses,” ajaknya.
Menurutnya, anak-anak yang akrab dengan proses bertani sejak dini akan tumbuh menjadi generasi yang tidak terasing dari alam dan sumber pangannya sendiri.
Pendidikan, Pangan, dan Masa Depan
MB menutup sesi sosialisasi dengan menegaskan bahwa ketahanan pangan tidak cukup dibicarakan dalam seminar atau kampanye musiman. Ia mengajak semua pihak pemerintah daerah, sekolah, masyarakat, dan media untuk menjadikan pendidikan ketahanan pangan sebagai gerakan bersama yang berkelanjutan.
“Kalau kita ingin masa depan yang mandiri dan berdaulat, mulailah dari pendidikan yang mengajarkan cinta tanah dan pangan sendiri,” pungkasnya.