Tantangan Partisipasi Pemuda dalam Dunia Politik: Atasi Hambatan demi Peningkatan Literasi Politik
Hastari Hudri
Penulis
Partisipasi politik di kalangan pemuda mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Fakta menunjukkan bahwa generasi milenial dan generasi zilenial (Gen Z) semakin aktif dalam politik formal dan gerakan sosial.
Meski trennya positif, namun sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk memastikan keterlibatan yang efektif dan juga berkelanjutan.
Tantangannya adalah menghadapi pengaruh politik seperti money politik atau politik uang, kampanye hitam atau black campaign, kurangnya pendidikan politik, hingga faktor dominasi eksternal dalam pengambilan keputusan politik.
Perlu juga diketahui, pemuda merupakan aset bangsa, di era yang serba cepat ini mereka dituntut dapat beradaptasi akan pesatnya perkembangan teknologi. Segala akses informasi sudah sangat mudah dijangkau, konsentrasi mereka harus ditekankan pada pengelolaan informasi disertai kemampuan analisa sebelum menentukan pilihan.
Sejalan dengan itu, sejarah perjalanan panjang bangsa ini tak luput dari keterlibatan generasi muda, pasalnya pemuda memiliki peran penting dalam rangka mencapai kemerdekaan.
Oleh sebab itu, pemuda masa kini mesti turut andil menentukan estafet kepemimpinan yang akan datang. Mereka berhak menentukan pilihan tapi dengan tetap menaati prosedur dan aturan yang berlaku, yang bisa dilakukan ialah memilih yang terbaik dari sekian pilihan yang ada.
Membahas tentang pemimpin bahkan Al-farabi mengemukakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai kualitas luhur mencakup kesehatan jasmani, kemampuan intelegensi, mutu intelektualitas, pandai mengemukakan pendapat yang mudah dimengerti, terdidik, jujur, berbudi luhur, adil, optimisme dan besar hati. Serta memiliki pendirian yang kuat, penuh keberanian, antusiasme dan tidak berjiwa kerdil.
Sejumlah tantangan dalam menentukan pililhan seringkali merobohkan pandangan ideal, hingga implikasinya mengarah pada pelemahan kualitas demokrasi.
1. Pengaruh Politik Uang
Politik uang masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam partisipasi politik pemuda. Penelitian menunjukkan bahwa praktik politik uang seringkali mempengaruhi pilihan pemilih muda, terutama di negara berkembang. Pemuda, yang dalam banyak kasus menghadapi keterbatasan ekonomi, sering kali menjadi target praktik ini.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain, di mana pemuda yang belum memiliki kemapanan ekonomi menjadi rentan terhadap janji-janji finansial yang ditawarkan oleh partai politik atau kandidat tertentu.
Sebagai solusi, literasi politik yang lebih kuat sangat dibutuhkan. Melalui pendidikan politik, pemuda dapat lebih memahami pentingnya memilih berdasarkan ideologi, platform kebijakan, dan kapabilitas calon, bukan karena iming-iming material. Literasi politik juga bisa membantu mereka mengidentifikasi praktik politik uang dan menghindarinya.
2. Kurangnya Akses terhadap Pendidikan Politik
Kurangnya pendidikan politik yang memadai masih menjadi masalah signifikan di banyak negara, termasuk Indonesia. Pemuda sering kali tidak memiliki akses yang cukup terhadap informasi politik yang objektif dan komprehensif.
Sistem pendidikan formal di banyak negara belum secara sistematis memasukkan pendidikan politik yang menyiapkan pemuda untuk menjadi warga negara yang aktif dan kritis.
Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan politik yang kurang memadai membuat pemuda mudah terpengaruh oleh narasi populis dan politik identitas. Hal ini juga berkontribusi terhadap rendahnya minat dalam politik di kalangan sebagian pemuda, karena mereka merasa tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan yang baik.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan literasi politik melalui media sosial dan platform digital. Generasi milenial dan Gen Z sangat akrab dengan teknologi digital, sehingga pendidikan politik yang disesuaikan dengan media ini bisa menjadi solusi yang efektif.
Pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil dapat memainkan peran penting dalam menyediakan informasi politik yang netral dan berbasis fakta melalui kanal-kanal digital.
3. Faktor Eksternal dalam Pengambilan Keputusan Politik
Pemuda sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dalam pengambilan keputusan politik mereka. Riset menunjukkan bahwa opini orang tua, tekanan teman sebaya, dan pengaruh media sosial dapat memengaruhi pilihan politik pemuda.
Selain itu, banyak pemuda yang mengambil keputusan berdasarkan citra visual atau retorika politik yang menarik, tetapi tidak mendalami substansi kebijakan yang ditawarkan.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendidikan yang mendorong pemuda berpikir kritis dan analitis dalam menyikapi kampanye politik. Pemuda harus didorong untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga untuk mengevaluasi dan memverifikasi informasi yang mereka terima. Media sosial, yang kini menjadi sumber informasi utama bagi banyak pemuda, juga perlu didorong untuk mempromosikan konten yang mendidik dan mendalam mengenai isu-isu politik.
4. Ketidakpercayaan Terhadap Sistem Politik
Tantangan lain yang sering dihadapi oleh pemuda dalam partisipasi politik adalah ketidakpercayaan terhadap sistem politik. Banyak pemuda merasa bahwa suara mereka tidak akan berdampak besar dalam menentukan kebijakan.
Ketidakpercayaan ini sering kali diperburuk oleh kasus-kasus korupsi atau ketidak transparanan dalam pemerintahan. Hal ini membuat banyak pemuda apatis terhadap proses politik dan enggan terlibat.
Untuk membangun kembali kepercayaan pemuda terhadap sistem politik, diperlukan reformasi yang memastikan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan.
Pemuda harus diajak untuk melihat bahwa keterlibatan mereka memiliki potensi untuk membawa perubahan, baik melalui jalur politik formal maupun aksi sosial.
Kesimpulan
Pemuda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam politik, tetapi mereka masih menghadapi berbagai tantangan seperti pengaruh politik uang, kurangnya pendidikan politik, pengaruh faktor eksternal, dan ketidakpercayaan terhadap sistem.
Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi politik melalui pendidikan formal dan digital, serta mendorong keterlibatan yang lebih kritis dan aktif, sangat diperlukan.
Pemuda perlu diperlengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk berpartisipasi secara efektif dalam politik, agar mereka dapat memainkan peran strategis dalam menentukan masa depan bangsa.