Simak! Sejarah Awal Kesuksesan Indomie
Berita Baru, Bisnis – Salah satu produk makanan, indomie menjadi merek makanan yang memiliki jejak perjalanan panjang di Indonesia dan dunia.
Rasa khas membuat lidah anda jatuh cinta. Pada tahun 2022 lalu, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan konsumsi mie instan terbanyak di dunia.
Indomie saat ini menjadi identitas bagi mie instan. Itu lah sebabnya, apapun merek mie instan kebanyakan orang menyebutnya dengan kata Indomie.
Mi instan yang kini diproduksi PT Indodood CBP Sukses Makmur ini kini sudah berusia setengah abad.
Bahkan, Indomie hadir di setiap daftar bawaan, termasuk berkemah hingga traveling ke luar negeri.
Saat ada bencana alam, Indomie nyaris menjadi makanan wajib dalam kondisi darurat.
Sejarah Indomie di Indonesa
Sosok Djajadi Djaja dkk menjadi awal sejarah perjalanan Indomie. Sejak 1959, dia mulai berbisnis.
Bersama kawan sebayanya dia membangun sebuah firma bernama Fa.
Djangkar Djati, belakangan namanya diganti Wicaksana Overseas International.
Buku Kontribusi Dunia Bisnis Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka (1995) menyebut mereka eksis sejak 1964.
Geng pengusaha ini juga pernah berbisnis rokok luar negeri.
Djajadi Djaja dkk, pada April 1970, mendirikan Sanmaru Food Manufacturing, yang pabriknya sejak 1972 memproduksi mi instan dengan nama Indomie, singkatan dari Indonesia Mie.
Liem Sioe Liong, yang berbisnis tepung terigu juga ikut berbisnis mi instan.
Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016:301) menyebut Liem mulanya berbisnis mi instan dengan merek Sarimie lewat PT Sarimi Asli Jaya.
Kala itu Supermie produksi PT Lima Satu Sankyu juga eksis. Sarimie sudah ada sejak 1968.
Liem juga mendekati Indomie. Dia kemudian bergabung dengan Djajadi dalam produksi Indomie.
Setelah Liem bergabung, PT Indofood Eterna berdiri pada 1984. Perusahaan patungan itu dipimpin oleh Hendy Rusli.
Setelah Indomie dan Sarimie bersatu, maka Supermie pun bergabung.
Liem Sioe Liong yang kuat dalam berbisnis membuat produk-produk itu menjadi kuat di pasaran Indonesia.
Produk-produk mi instan yang terinspirasi dengan mie instan Jepang itu muncul di waktu yang tepat.
Setelah pabrik-pabrik mi tadi lahir, sebuah ancaman pangan terbaca oleh sebagian pihak karena kelangkaan beras.
Pemerintah Indonesia pada tahun 1978 mengucurkan dana US$ 600 Juta untuk impor beras dan para abdi negara bahkan akan dapat jatah mi instan.
Setelah masa sulit itu berlalu pelan-pelan mi instan makin banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Indomie buatan Indonesia bahkan menjadi komoditas ekspor ke Afrika dan negara lainnya.
Alasan Orang Indonesia Lebih Pilih Makan Mie Instan
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) Ratna Sari Loppies mengatakan, harga beras saat ini naik terus bisa saja memicu kenaikan konsumsi mi instan di Indonesia. Terutama oleh kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
“Bisa saja. Ekonomi dunia menurun dan orang-orang berhemat. Beli nasi putih sepiring di warung katakanlah Rp 5.000, belum ada lauknya. Sedangkan mi instan, sekarang berapa harganya, tinggal seduh, makan,” kata Ratna, dikutip Rabu (1/3/2023).
“Dan selama ini mengalir aja. Katanya jangan makan mi, tetap saja orang-orang makan mi. Nggak ada tuh yang bergelimpangan,” tambahnya.
Yang penting, imbuh dia, meski 100% gandum untuk tepung terigu yang digunakan memproduksi mi instan adalah impor, komponennya hanya kecil dalam satu bungkus mi instan.
“Kalau kita bicara konten lokal, mulai dari minyak sayuran, kemasan, tenaga kerja. Jadi harus dilihat menyeluruh,” kata Ratna.