RMS Diduga Lakukan Politik Adu Domba di Pinrang, Forum Demokrasi : Senjata Makan Tuan
Berita Baru, Parepare – Sebuah video yang merekam Ketua DPW Nasdem Sulsel, Rusdi Masse (RMS) viral di jagad maya.
Video itu diambil saat RMS menyampaikan orasi dalam kegiatan pertemuan bersama Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep di Lapangan Bosowa, Kecamatan Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, Rabu (30/10/2024).
Dalam penggalan video itu, RMS diduga telah melakukan adegan pengihinaan dan merendahkan kelompok tertentu. Pasalnya, mengeluarkan narasi yang kontroversi bernuansa mencibir lawan politik usungannya di gelanggang Pilgub Sulsel 2024.
Ia menyebut, Calon Wakil Gubernur Sulsel yang bertarung melawan partai usungannya hanya sebatas mengaku sebagai orang Pinrang, tanpa memberikan apa-apa.
“Apalagi calon wakil gubernur yang mengaku orang Pinrang, tapi tidak ada apa-apa yang bisa dibawa ke Pinrang,” demikian penggalan ungkapan RMS yang terekam jelas dalam video tersebut.
Di sisi lain, ia juga menarasikan bahwa kekalahan lawan politiknya itu dalam perebutan kursi legislatif DPRD Sulsel Dapil 9 meliputi Pinrang, Sidrap dan Enrekang periode 2024-2029 merupakan bentuk penolakan masyarakat terhadapnya.
“Orang Pinrang menghukum dia,” ucapnya dengan nada suara tinggi.
Pegiat Forum Peduli Demokrasi Pemuda (FPDP) Kabupaten Pinrang, Arlan mengatakan orasi yang disampaikan oleh RMS masuk kategori Politik Adu Domba.
Politik adu domba adalah gabungan strategi antara politik, militer, dan ekonomi yang tujuannya untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah berbagai kelompok besar.
Saat kelompok besar terpecah menjadi beberapa kelompok kecil, hal ini lebih mudah untuk ditaklukan atau dikalahkan.
“Kabupaten Pinrang memiliki basis pemiih yang cukup besar. Kalau ini menyatu, pasti menghasilkan kekuatan yang luar bisa. Jadi, mesti diobok-obok agar suara terpecah,” papar Arlan.
Hanya saja, strategi politik yang dilakukan oleh RMS berpotensi menjadi boomerang untuk dirinya. Sebab, karakter mayarakat Sulsel (khususnya Pinrang) tabuh dengan narasi bernuansa penghinaan dan merendahkan orang. Sebab, masih memegang teguh prinsip sipakatau dan sipakalebbi.
“Apa yang dilakukan oleh RMS bisa saja menjadi boomerang bagi dirinya. Simpati masyarakat Pinrang bisa hilang karena ungkapan benrunasa hinaan itu,” pungkas Arlan.