Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

soeharto
Menteri Keuangan era Presiden Soeharto, JB Sumarlin yang hobinya nyamar. (Foto Istimewa)

JB Sumarlin, Menteri Era Presiden Soeharto Ini Hobinya Nyamar



Berita Baru, Bisnis – Perasaan Johannes Baptista Sumarlin tak karuan ketika menghadiri acara pelantikan pengurus Korpri pada Maret 1973.

Ketegangan dan rasa senang campur aduk dalam benaknya. Sebab, dia akan dilantik langsung sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Korpri oleh sosok yang baru pertama kali ditemuinya, Presiden Soeharto. Sebagai ekonom dan pegawai Departemen Keuangan jelas ini momen berharga.

Saat menyematkan lambang Korpri, Soeharto tiba-tiba meledek Sumarlin sebagai “kecil-kecil cabe rawit”. Sontak, Sumarlin kaget karena Soeharto bisa mengetahui julukan yang tersemat pada dirinya.

“Pada titik ini Sumarlin menyadari bahwa sebenarnya Pak Harto mempunyai informasi yang cukup rinci tentang para pejabat tinggi yang bekerja di lingkungan pemerintah,” tulis Bondan Winarno dalam J.B Sumarlin: Cabe Rawit yang Lahir di Sawah (2012), dikutip langsung dari CNBC Indonesia, Kamis (16/2/2023).

Khusus Sumarlin, informasi yang presiden dapatkan tak hanya ledekan “kecil-kecil cabe rawit”, tetapi lebih dari itu. Soeharto mengetahui kalau pria kelahiran 7 Desember 1932 ini sosok yang cerdas.

Dia anak emas teknokrat Widjojo Nitisastro, pengajar di Universitas Indonesia, dan pernah memimpin segudang proyek berskala nasional. Karena kepiawaiannya inilah, presiden ingin Sumarlin membantunya di kabinet, khususnya sektor ekonomi dan pembangunan.

Sejak 1973, Soeharto mempercayainya sebagai Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara Indonesia (1973-1978), Kepala Bappenas (1983-1988), dan Menteri Keuangan (1988-1993).

Selama menjadi pejabat inilah, Sumarlin kerap melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan pejabat lain di masa itu dan bahkan masa kini, yakni menyamar.

Penyamaran ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran keluhan masyarakat terhadap lembaga yang dipimpinnya. Mayoritas keluhan itu adalah korupsi.

Banyak masyarakat mengirim surat kepadanya karena korban pungutan liar (pungli). Sebagai orang berintegritas, Sumarlin geram dengan tindakan seperti ini dan ingin membuktikan langsung kebenarannya. 

Tidak seperti sekarang, kala itu media komunikasi terbatas. Publik tidak mengetahui siapa saja pejabat tinggi negara. Jadi, Sumarlin memanfaatkan momen ini untuk melakukan penyamaran.  

Dia melakukan aksi pertamanya pada 1974 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dia dapat kabar kalau gaji pegawai RS ditilap petugas Kantor Bendahara Negara (KBN), sehingga mereka tak dapat gaji utuh.

Untuk menjalankan operasi ini, Sumarlin meminta bantuan Menkeu Ali Wardhana, Kepala Bappenas Widjodjo Nitisastro, dan Kepala RSCM. Skenarionya, Sumarlin diangkat sebagai pegawai RSCM dengan nama samaran Ahmad Sidik.

Pada Senin di tahun 1974, Sidik bersama atasannya, Harta, berangkat ke KBN untuk memberikan uang pungli dari gaji pegawai. Setibanya di KBN, petugas di sana marah-marah karena Sidik tidak memberi uang sesuai permintaan dan mengulur-ngulur waktu.

Rupanya ini bagian dari skenario Sidik alias Sumarlin. Ketika emosi petugas sudah memuncak, tiba-tiba datang rombongan Ali Wardhana.

“Sidik membuka kopiahnya lalu menghampiri Ali Wardhana. Semuanya terkejut kalau Sidik ternyata Menteri J.B Sumarlin,” tulis Bondan. Kasus pertama pun terbongkar.

Sejak kasus ini, Sumarlin mengetahui kalau korupsi di era Orde Baru sudah mendarah daging. Dan semakin ingin melakukan penyamaran untuk seterusnya.

Nama Ahmad Sidik menjadi nama tetap tiap kali Sumarlin menyamar. Selanjutnya dia menyasar kantor pajak di Jl. Batutulis Jakarta Pusat.

Hasilnya, Sumarlin berhasil membongkar kasus pungli dan seluruh pegawai terlibat ditahan dan dipecat.

Aksi ketiga dan yang paling fenomenal terjadi di kantor imigrasi. Kala itu, kantor imigrasi adalah sarang korupsi.

Dengan target masyarakat kelas atas, pegawai imigrasi sering meminta uang pelicin tiap kali ada urusan. Istilahnya, tiap satu meja masyarakat harus memberi uang. Jika ada 100 meja, maka harus mengeluarkan 100 kali uang.

Upaya Sumarlin jadi pegawai imigrasi bernama Sidik pun berhasil. Dia memergoki pegawai yang korup, bahkan menangkap basah sang “Ratu Pungli”. Semuanya dibongkar habis dan seluruh yang terlibat terkena sanksi.

Harian Kompas kala itu menyebut operasi penyamaran Sumarlin efektif sebagai terapi kejut bagi pegawai korup. Soeharto mengklaim bangga atas kerja anak buahnya itu.

Namun, kita mengetahui kalau kebanggaan itu adalah kepalsuan. Sebab, kata Peter Carey dalam Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia dari Daendels (1808-1811) sampai Era Reformasi (2017), Soeharto sendirilah yang membuat korupsi itu abadi di Indonesia.

Setelah aksi itu, Sumarlin makin dipercaya dan menjadi salah satu menteri terbaik di Orde Baru.

Bahkan, ketika menjabat Menteri Keuangan dia dianugerahi Finance Minister of the Year 1989 atau Menteri Keuangan Terbaik Sedunia Tahun 1989.

Sumarlin yang meninggal pada 6 Februari 2020, tepat hari ini 2 tahun lalu, jadi orang Indonesia pertama yang dapat gelar bergengsi itu.