
Genderang Kebebasan Ditabuh: ‘One Piece’ sebagai Simbol Kemerdekaan Berdemokrasi
Oleh: Rizal (Mahasiswa Pascasarjana IAIN Parepare)
Siapa yang tidak mengenal film anime yang belakangan ini lagi viral di media sosial yang menuai berbagai macam kontroversi. ‘One Piece’ yang tidak asing lagi di mata kalangan penggemarnya yang bisa kalian sebut wibu atau para nakama. Terlebih lagi pada HUT RI ke-80 beberapa kalangan merayakan selebrasi kemerdekaan, namun pertanyaan yang muncul dalam hati kita, pakah ruh dari kemerdekaan hari ini sudah merata dan dirasakan dari semua kalangan?
Bagi yang belum merasakan hadir didalam dada mereka perbedaan euforia suasananya tidak lagi sesakral dulu dan hanya sebatas perayaan saja. Jika kita ingin memaknai kemerdekaan sendiri berbagai macam persepsi dalam menggambarkannya dan masing-masing individu bebas menafsirkan dan memberikan perspektif mereka karna kita diberi kebebasan dalam berfikir, berpendapat, dan bertindak sesuai aturan dan norma hukum yang berlaku. Namun beberapa peristiwa dan polemik yang kian muncul menjelang mendekati hari perayaan kemerdekaan ini makin mudah kita saksikan di media meberikan ketimpangan berupa wujud ketidakadilan yang justru melunturkan ruh kebebasan berdemokrasi sebagai kebutuhan masyrakat dalam bernegara sebagai visualisasi kebebasan, citra ideologi Undang Undang Dasar 1945, dan Pancasila.
Penulis menyampaikan segalanya berdasarkan kacamatanya agar nilai-nilai dan ruh demokrasi dalam dirinya tidak lagi terpenjarakan begitupun dengan para pembaca di tanah airnya sendiri.
Isu-isu yang banyak terjadi belakangan saat ini masih menjadi dosa masa lalu yang tak bisa ditanggulangi sampai hilal pergantian kepemimpinan baru tahun ini bahkan ada berbagai padangan mengatakan semakin menjadi-jadi. Mulai dari akar permasalahannya saja cacatnya prosedur hukum pencalonan adalah awal dari segala permasalahan yang terjadi hari ini.
Mulai dari permasalahan kekuasaan, masalah uang yang bisa mengontrol segalanya, hukum dan mafianya yang tidak lagi dipandang suci mengatur justru membuat ketimpangan, masalah eksploitasi alam, kenaikan pajak hampir disegala lini sektor yang mencekik rakyat, hutang negara kian membengkak, para pelaku korupsi yang merajalela menyalah gunakan jabatannya kebijakan dan program yang bukan lagi menjadi kebutuhan mendasar dan dampaknya menyiksa rakyat yang dirasakan strata ekonomi menengah kebawah.
Banyak wahyu dan harapan yang diturunkan oleh masyarakat justru sebaliknya beberapa dari mereka yang pemangku kebijakan ada yang menjadi duri dalam daging, memberi sakit dan penderitaan untuk bangsanya sendiri. Dengan banyaknya berbagai macam polemik dan kebijakan yang bertentangan dengan ideologi, cita-cita bangsa dan negara negara sebagai generasi yang masih sadar dan berfikir pun kewalahan hendak memberikan solusi apa yang terbaik untuk saat ini mengingat berbagai macam polemik yang sulit dicerna dan dikawal diselesaikan satu persatu. Sakit yang meluas disekujur badan negeri pertiwi.
Berbagai macam permasalahan yang muncul zaman ini juga sebagai tantangan pemerintahan baru dengan proses masih meraba dan merangkak dalam menata negeri agar jauh lebih baik diharapkan kelak bisa membawa indonesia mencapai puncak keemasannya, menghentaskan kemiskinan hingga pemerataan ekonomi dan pembangunan guna mencapai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Ditengah maraknya isu yang panas serta dinamika kebijakan dan politik yang ada di Indonesia memunculkan berbagai macam kritikan baik dari kalangan akademisi hingga masyarakat sipil. Namun yang paling unik adalah berkibarnya bendera “One Piece” bendera berwarna hitam dengan menyajikan visual tengkorak tersenyum ditengahnya memakai topi jerami bundar sebagai ciri khasnya. Sebut saja karakter ‘Luffy’ sebagai pemeran utama dan sebagai simbol daripada bendera bajak laut tersebut. Lalu ada apa dengan bendera one piece? lalu apa hubungannya dengan sang saka merah putih menjelang kemerdekaan?
Hal itu sempat menjadi perdebatan dikalangan pejabat elit atas terkait dengan persepsinya, ada yang mengatakan ini penghinaan dan sebagai upaya dalam memecah keutuhan bangsa adapula yang mengatakan ini sebagai bentuk kreatifitas mengekspresikan diri dalam berdemokrasi
Menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia, banyak seruan melakukan aksi pengibaran bendera dari film fiksi tersebut yang sering kita jumpai baik di trotoar, pinggir jalan, ataupun diarak di tempat-tempat umum begitupun dengan aksi demo menyuarakan hak demokrasinya agar tak terpenjarakan.
Bagi para nakama pengibaran bendera itu hanya sebagai simbol kecintaan para penggemar terhadap film yang mereka gemari. Namun beberapa gerakan dan aktivis muncul menggunakan simbol bendera tersebut sebagai bentuk daripada mengekspresikan kekecewaan, keresahan, dan kecemasan problematika yang terjadi dan mereka rasakan dinegerinya sendiri.
Pengibaran bendera one piece menurut kacamata pribadi saya sendiri adalah kreativitas dalam mengekspresikan pendapat dan gagasan dalam bentuk simbol bendera bajak laut “One Piece” karena ketika kita menarik esensi dan relevansi nya dengan negeri ini hampir-hampir mirip. Ini sebagai sindiriran dan teguran bahwa kami merindukan sosok pemimpin seperti kapten kru bajak laut topi jerami, menghapus segala luka, merangkul semua elemen, menghapus penderitaan, dan memberikan kebebasan serta hak dan keadilan bagi seluruh manusia.
Mari sejenak bertawasul memberikan segenap kritikan sebagai curahan hati keresahan terhadap problematika hari ini, sebagai wujud kecintaan kita terhadap negeri ini dan mari perbanyak ruang-ruang diskusi sebagai usulan dan perbaikan untuk pemerintahan dalam menata negeri yang kita cintai ini.
Boleh mengibarkan bendera sebagai ekspresi berdemokrasi asal jangan melebihi besar dan tingginya kecintaan kita terhadap “Merah putih” (kata Gusdur begitu saja repot) sebagai penghargaan mengenang jasa para pahlawan yang gugur merebut dan mempertahankan tanah tumpah darah hingga hari ini nikmatnya kita rasakan. Jaga citra dan nilai luhur demokrasi serta keutuhan NKRI.