Bolu Peca dan Dange: Aku Sebut Ia Kenangan | Puisi-puisi Sultan Musa
Bolu Peca
aroma dan godaan manisnya
berpadu sore hari ini, seperti candu
manisnya menjebak
semakin dirasa, semakin banyak yang terpendam
mereka menyebut aku Bolu Peca
pada pekat gula merah memendamku
seperti menyematkan sayap janji
pun teringat kata yang gusar
dari gundah hilang berganti
ternyata gulana kembali;
terendam
mencium resapan manisku
sebuah rindu terbayang
sajian leluhur Bugis
bila ingat akan kembali
peluh bergelora, merantau
entah berlabuh kemana akhirnya
sebuah sendok memotongku,
secuplik kilatan membentang luas
cerminan tauladan perantau
melekat tradisi orang Bugis
karena kita di mata Sang Pencipta
dalam bingkai memeluk doa sederhana
semerbak daun pandan
menyiratkan pelukan sepadan
terhadap apa yang dirindu
dalam siraman jiwa yang mewaktu
mengunci manisku bak peneguh,
merebak siraman cerita bergemuruh
sebagai sepotong perjalanan
yang tak tertahan raga
“meratap manisku bila kau melupakanku”
#2023
DANGE: Aku Sebut Ia Kenangan
Mengulang perjalananku di kota Parepare
teringat sore hari itu
menikmati Dange bersamamu
Ah, bayanganmu selalu aku kunyah
…aku telah lukis senyum manismu
Semerbak Dange menggodaku tak hentinya,
melebur riuh ucapan janjimu
Namun, ada percikan mengejutkan
menenggelamkan dalam ruang dusta;
‘kau hadir, lalu meninggalkanku bersama sepotong Dange’
Apakah perlu meratapi ?
…..sesederhana mengutip sajak
“bila masa itu ada…..aku yakin esok pasti berjumpa,
dengan hati yang berbeda”
#2022