Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

parepare
Ilustrasi (iStockphoto/pcess609)

Pemuda di Parepare Diduga Keracunan Obat dari Puskemas, Kulit Melepuh



Berita Baru, Parepare – Pemuda bernama Suhendra (20) di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), melepuh di kulitnya dan menimbulkan luka.

Kondisi itu dialami Suhendra setelah mengkomsumsi obat dari Puskesmas Lapadde, Kecamatan Ujung, Kota Parepare.

Pihak keluarga menduga, korban mengalami keracunan obat.

Kakak korban, Andi Aisyah Utami mengatakan, awalnya adiknya itu mengalami kejang-kejang, sehingga membawanya ke Puskesmas Lapadde.

Saat jalani perawatan, Aisyah menyebut pihak Puskesmas memberikan obat ke adiknya untuk di komsumsi di rumah.

“Itu diperiksa di Puskesmas, cuma ditensi dengan ditimbang. Terus dokter kasikan mi obat, begitu saja. Na konsumsi mi adekku hampir satu bulan,” kata Aisyah, Jumat (26/7/2024).

Ia menjelaskan setelah mengkonsumsi obat dari Puskesmas Lapadde itu, korban mengalami sakit mata, sakit tenggorokan dan muncul ruam hingga kulitnya melepuh.

“Awalnya itu sakit mata, sudah itu sakit lagi tenggorokannya, terus naik mi bintik-bintik merah dan hitam seperti terbakar. Kita lihat cukup parah jadi kami ke rumah sakit,” ucap dia.

Andi Aisyah mengungkapkan, saat di rumah sakit umum daerah (RSUD) Andi Makassau Parepare, dokter mengindikasikan korban mengalami reaksi alergi obat.

Atas itu, pihak keluarga meminta pertanggung jawaban dari Puskesmas Lapadde atas kelalaiannya memberikan obat sehingga korban mengalami kondisi kulit terbakar.

“Sampai sekarang tidak ada pertanggungjawaban. Adekku ini masih terus kontrol bolak balik karena lukanya cukup parah,” ungkapnya.

“Tidak ada yang kami ingin salahkan di sini, cuma hanya minta tanggungjawab bagaimana seharusnya ini adekku dapat perawatan,” ujar Andi Aisyah.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Lapadde, Nurhaidah menjelaskan, pihaknya sebenarnya sudah melayani pasien tersebut sesuai dengan prosedur yang ada.

Namun kata dia, pihaknya tidak mengetahui kondisi pasien setelah mengkonsumsi obat tersebut dikarenakan pasien tidak pernah melaporkan yang dialami ke Puskesmas.

“Pasien itu sudah kami layani sesuai dengan prosedur. Adapun masalah yang pasien alami pada saat itu, kami tidak bisa memantau setelah pulang kerumahnya, apakah kondisinya membaik atau memburuk,” jelasnya.

“Nanti kami ketahui setelah berada di rumah sakit. Sekitar 3-4 hari di sana (rumah sakit) baru kami kunjungi bersama kepala dinas, sekretaris dinas, saya sendiri dan suster kami yang melayani di sini,” pungkas dia.